Sejuta Memori

(1)
hujan hari itu terdengar lebih merdu dari kicau burung.
bajuku ditumpuki basah di bagian bawah yang dinginnya mengakar dalam menuju tulang.
entah siapa yang menuntun, tatapan itu sampai ke mata,
tangannya menyentuh ujung jemari lalu pergi..

.
(2)
waktu tak pernah gagal membocorkan rahasia.
betapapun lama terkuburnya hati, maka jarum waktu selalu kuat menggali.
siapa yang tahu jika lebah hinggap mampu menjatuhkan tangkai.
pintu rumahnya hanya perlu diketuk sekali.
tak kusangka ketidaktahuanku menyeret rasanya menujuku.

.
(3)
sejak lama aku melihat mata di punggungnya, hati di matanya.
ia satu-satunya yang suka melihatku sebagai setangkai mawar utuh.
di tepian samudera ia memandangku tanpa ragu.
namun ia melupakan satu bagian penting, tentang batas.. .
bahwa untuk mewujudkan berdirinya jembatan kokoh di tengah samudera
yang dibutuhkan adalah keberanian.

.
(4)
senang akhirnya sore tiba, waktu pulang tiba.
mejaku masih dipenuhi dengan gelas kaca dan air kuning.
sementara seseorang sudah siap dengan tas di bahu kekarnya.
bak drama, terhubunglah hati pangeran dengan seorang upik abu.
tak ada yang mampu menebar benih rasa kecuali Tuhan.
selangkah demi selangkah, sepatah dua patah kata,
sudah cukup membuat upik abu tersihir menjadi ratu.
terimakasih sudah mengajakku bicara.

.
☕ Remember 2017

Komentar